Beranda | Artikel
Biografi Imam Malik bin Anas
6 hari lalu

Nama

Beliau adalah Imam Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Al-Harith, yang nasabnya sampai kepada Ya’rub bin Yashjub bin Qahtan Al-Asbahi. Kakeknya, Abu Amir, adalah seorang sahabat yang mulia.

Kelahiran

Imam Malik bin Anas merupakan salah satu tokoh besar dalam Islam, Imam Dar al-Hijrah, lahir di Madinah. Tidak ada kesepakatan dalam riwayat mengenai tahun kelahirannya, beberapa riwayat menyebutkan bahwa Imam Malik lahir antara tahun 90 H hingga 97 H. Namun yang dikuatkan mengenai penapat tahun kelahiran Imam Malik adalah pada tahun 93 Hijriyah di Madinah, yaitu tahun wafatnya Anas bin Malik, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pertumbuhan

Imam Malik tumbuh di sebuah keluarga yang fokus pada ilmu hadis, dalam lingkungan yang sepenuhnya didedikasikan untuk hadis dan ilmu pengetahuan. Kakeknya, Malik bin Abi Amir, adalah salah satu tokoh besar di kalangan tabi’in, yang meriwayatkan dari Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Aisyah, ibu kaum mukminin. Anaknya, Anas, yang juga dikenal sebagai Abu Malik, serta Rabi’ dan Nafi’ (yang dikenal dengan nama Abu Suhail), meriwayatkan darinya. Namun, tampaknya ayahnya, Anas, tidak terlalu banyak terlibat dalam hadis. Meskipun demikian, kakek dan pamannya sangat berperan dalam membentuk ilmiah keluarga tersebut. Hal ini membuat keluarga Imam Malik dikenal sebagai keluarga yang sangat terkemuka dalam ilmu pengetahuan. Sebelum Imam Malik, saudaranya yang bernama Nadr juga mengikuti jalur ilmu, sering berada di sekitar para ulama dan belajar dari mereka. Imam Malik dibesarkan di Madinah dengan kehidupan yang penuh kecukupan, rasa aman, dan kesempatan untuk mengejar ilmu. Ia tidak mengenal pekerjaan atau perdagangan, serta tidak tertarik pada perjalanan atau kerajinan. Satu-satunya tujuannya adalah mencari ilmu dan meriwayatkan hadis.

Imam Malik mulai fokus pada ilmu pada tahun kesepuluh setelah abad pertama (110 Hijriah), di tahun yang sama dengan wafatnya Al-Hasan Al-Basri. Ia belajar dari beberapa ulama besar, di antaranya: Nafi’, yang menjadi gurunya dan ia sangat mengikutinya; Sa’id Al-Maqbari; Nu’aim Al-Mujammir; Wahb bin Kaysan; Az-Zuhri; Ibn Al-Munkadir; Amir bin Abdullah bin Az-Zubair; Abdullah bin Dinar; Zayd bin Aslam; Sufyan bin Sulaim; Ishaq bin Abi Talhah; Muhammad bin Yahya bin Hibban; Yahya bin Sa’id; Ayyub As-Sakhtiyani; Abu Az-Zanad; Rabi’ah bin Abi Abd Al-Rahman, dan banyak lainnya dari para ulama Madinah. Oleh karena itu, ia jarang meriwayatkan hadis dari orang selain ahli ilmu dari kota kelahirannya, Madinah.

Ciri fisik

Imam Malik memiliki tubuh yang tinggi dan besar, dengan kepala yang besar pula. Rambut dan jenggotnya berwarna putih, dan ada yang mengatakan bahwa jenggotnya mencapai dadanya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa beliau memiliki mata biru. Ia biasa mengenakan pakaian putih yang halus dari Yaman. Ashhab berkata, “Jika Imam Malik mengenakan sorban, ia akan menaruhnya di bawah dagunya, dengan ujung sorban menjuntai di antara kedua bahunya.”

Khalid bin Khudasy berkata, “Saya pernah melihat Imam Malik mengenakan sebuah jilbab dan pakaian mewah yang sangat baik, dan dikatakan bahwa beliau tidak suka pakaian yang terlalu mewah. Ia menganggapnya sebagai tindakan berlebihan dan juga tidak merubah warna rambutnya yang sudah memutih.”

Guru dan muridnya

Imam Malik rahimahullah mengambil ilmu dari banyak ulama, di antaranya: Nafi’, Sa’id al-Maqbari, Amir bin Abdullah bin al-Zubair, Rabi’ah bin Abi Abdulrahman, Ibn al-Minkadar, al-Zuhri, dan Abdullah bin Dinar.

Imam Malik rahimahullah memiliki banyak murid dan sahabat yang tak terhitung jumlahnya, mereka tersebar di berbagai wilayah dunia Islam, seperti Mesir, Afrika, Andalusia, dan Irak.

  1. Di Mesir: Ibn al-Qasim (w. 191 H), Ashhab (w. 204 H).
  2. Di Afrika: Asad bin al-Furat (w. 214 H).
  3. Di Andalusia: Yahya bin Yahya al-Laythi (w. 224 H).
  4. Di Irak: Di antara pengikutnya yang menyebarkan mazhabnya adalah Abdulrahman bin Mahdi bin Hasan al-Anbari (w. 186 H) dan Abdullah bin Muslimah bin Qan’ab al-Tamimi al-Harthi (w. 220 H); dari para ulama ini, dan lainnya, dimulai penyebaran mazhab Maliki.

Imam ahlus sunnah wal jama’ah

Imam Malik merupakan salah satu imam mazhab. Imamnya ahlul hadis dan fiqih. Salah satu kitab hadisnya adalah Al-Muwatha’ yang begitu terkenal. Imam Malik juga merupakan imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang memiliki aqidah yang lurus yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para salaful ummah. Dalam kitabnya, Al-Muwatha’, beliau menyusun satu bab yang begitu mulia, yaitu Kitab Al-Qur’an. Imam Malik menulis semua hal tentang Al-Qur’an di kitabnya dan juga menafsirkan Al-Qur’an. Barangsiapa yang mempelajari kehidupan Imam Malik, ia akan memahami bahwa beliau hidup dengan Al-Qur’an, baik dalam ilmu maupun amalnya.

Imam Malik juga merupakan ulama yang berpegang teguh dengan sunah dan juga menjadi pembela sunah. Adapun dalam manhaj dan akidah Imam Malik, maka beliau rahimahullah tidaklah menyusun kitab Al-Muwatha’ kecuali untuk membela prinsip-prinsip ahlus sunah dari serangan kelompok Jahmiyyah dan Ahli Ro’yu (orang-orang yang mendahulukan akal).

Baca juga: Biografi Imam Ibnu Al-Jauzi

Perkataan Imam Malik dalam permasalahan akidah

Terdapat banyak riwayat dari Imam Malik dalam bidang akidah, di antaranya:

Pendapatnya tentang iman

Qadhi ‘Iyadh berkata bahwa banyak ulama berkata, “Aku mendengar Malik berkata: Iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, dan sebagian iman lebih utama dari sebagian yang lain.” [1]

Pendapatnya tentang istiwa’

Sufyan bin ‘Uyaynah berkata: Seseorang bertanya kepada Malik tentang firman Allah Ta’ala,

ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

Ar-Rahman bersemayam di atas ‘Arsy.” [2]

“Bagaimana Dia bersemayam?”

Maka Malik diam cukup lama hingga keringat membasahi wajahnya. Kami tidak pernah melihat Malik marah karena suatu pembicaraan seperti kemarahannya terhadap pertanyaan ini. Orang-orang pun menunggu apa yang akan ia katakan, lalu beliau berkata,

الاستواء منه معلوم، والكيف منه غير معقول، والسؤال عن هذا بدعة،والإيمان به واجب،وإني أظنك ضالا،أخرجوه

Istiwa’ itu diketahui (maknanya), bagaimana caranya tidak dapat dijangkau oleh akal. Bertanya tentang hal ini adalah bid’ah, dan beriman dengannya adalah wajib. Aku melihat engkau adalah orang yang sesat, keluarkan dia!”

Orang itu pun berseru, “Wahai Abu Abdillah, demi Allah yang tiada ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Dia, aku telah bertanya tentang masalah ini kepada penduduk Bashrah, Kufah, dan Irak, namun aku tidak menemukan seseorang pun yang jawabannya seperti engkau.” [3]

Pendapatnya tentang Al-Qur’an

Ibn Abi Uwais berkata, bahwa Malik berkata,

القرآن كلام الله،وكلام الله من الله، وليس من الله شيء مخلوق

“Al-Qur’an adalah kalam Allah, dan kalam Allah berasal dari-Nya, dan tidak ada sesuatu pun dari Allah yang merupakan makhluk.” [4]

Pendapatnya tentang melihat Allah Ta’ala

Qadhi ‘Iyadh rahimahullah meriwayatkan, Ibn Nafi’ dan Ashhab berkata, “Aku bertanya kepada Abu Abdillah tentang firman Allah,

وُجُوهٌ يَّومئذٍ نَّاضِرَةٌ ۙ اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, melihat kepada Tuhannya.” [5]

“Apakah mereka akan melihat Allah dengan mata mereka ini?”

Beliau menjawab, “Ya, dengan mata mereka ini.” [6]

Karya tulis

  1. Risaalatu fii Al-Qadr, yang ditulis oleh Imam Malik kepada Ibn Wahb, dan risalah ini masih ada.
  2. Memiliki tulisan tentang bintang dan kedudukan bulan yang diriwayatkan oleh Sahnun. Saat ini, kitab ini belum ditemukan, namun buku ini sangat terkenal pada masanya dan menjadi rujukan.
  3. Risaalah fii Al-Aqdiyah, yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Yusuf bin Matruh, dari Abdullah bin Abduljalil.
  4. Risalah kepada Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif.
  5. Imam Malik juga memiliki tulisan tentang tafsir Al-Qur’an yang diriwayatkan oleh Khalid bin Abdulrahman al-Makhzumi, yang kemudian diriwayatkan oleh Qadhi Iyadh, dari Abu Ja’far Ahmad bin Said, dari Abu Abdullah Muhammad bin al-Hasan al-Muqri’, dari Muhammad bin Ali al-Masisi, dari ayahnya, dengan sanadnya.
  6. Risalah kepada Al-Laits tentang kesepakatan pendapat ahli Madinah.
  7. Perkataan Imam Malik yang dirangkum oleh para ulama tentang masalah hukum, fatwa, dan faedah, termasuk di antaranya Al-Mudawwana, Al-Wadhihah, dan lainnya.
  8. Dan yang paling terkenal dari karya-karya beliau adalah kitab Al-Muwatta’.

Perkataan ulama tentang Imam Malik

Abu Hanifah, “Demi Allah, saya belum pernah melihat seseorang yang lebih cepat dalam memberikan jawaban darinya, seseorang yang jujur dan memiliki kesederhanaan yang sempurna.”

Asy-Syafi’i berkata, “Jika datang kepadamu riwayat dari Malik, peganglah itu erat-erat.” Beliau berkata, “Jika datang berita (hadis), maka Malik adalah bintangnya.” Beliau berkata, “Siapa yang ingin belajar hadis, maka dia perlu bersandar kepada Malik.”

Imam Ahmad berkata, “Malik adalah pemimpinnya para ulama, dan imam dalam hadis dan fiqih.”

Wafat

Muhammad bin Sa’d berkata, “Imam Malik mengeluh sakit beberapa hari, dan saya bertanya kepada beberapa keluarganya mengenai apa yang dia katakan saat menjelang wafat. Mereka berkata, ‘Dia mengucapkan syahadat, lalu berkata, “Hanya milik Allah segala urusan, baik sebelum maupun setelahnya,” kemudian beliau wafat pada pagi hari tanggal 14 Rabi’ul Awal, tahun 179 Hijriah (795 Masehi), pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Salat jenazah dipimpin oleh Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’, dan beliau berusia 85 tahun.”

Baca juga: Mengenal Kitab dan Penulis Akidah Ath-Thahawiyah

***

Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan

Artikel Muslim.or.id

 

Referensi:

Diterjemahkan dan dirangkum oleh penulis dari web alukah.net

 

Catatan kaki:

[1] Tartiib Al-Madaarik wa Taqriibu Al-Masaalik, jilid 2.

[2] QS. Thaha: 5

[3] An-Nihayah fii Ghariib Al-Hadits, karya Ibnu Atsir, 2: 208.

[4] Tazyiin Al-Mamalik bi Manaqib Al-Imam Malik, karya As-Suyuthi, hal. 19.

[5] QS. Al-Qiyamah: 22–23.

[6] Tartiib Al-Madarik wa Taqriib Al-Masaalik, 2: 82.


Artikel asli: https://muslim.or.id/106078-biografi-imam-malik-bin-anas.html